other poets

cari puisi mu

Google
 

20 Feb 2008

RAVENSKA #1

Perasaan ini, membawaku jatuh, jauh ke dasar palung kesendirian dan mengurungku. Sesaat aku terlukai karena tak pernah aku merasa bebas atau sekali saja bermimpi indah bahkan untuk sekedar tertidur nyenyak. Tapi kelamaan aku mulai berpikir, mungkin jalan ini yang harus ku temui, merajut mimpi dengan benang hitam beracun yang menjerat hati, bukan diiringi canda tawa bidadari yang ku cinta.

Menurutku, begitu besar kepasrahan yang ku beri untuknya, menampik kecintaan dari yang lain sekedar untuk sekejap bersua dengan senyumnya, seolah ia rela disampingku, entah kata hatinya atau mungkin aku hanya alat permainan yang menyenangkan.

Bagaimanapun pedih yang ia beri, berapapun hinaan yang ia hadiahkan dalam kediaman hidupku atau hanya tersisa cinta yang terpanggang sepi, aku tetap pernah memilliki sekejap senyumnya dan hal itu membuatku terus bersyukur, membuatku mengerti, betapa Sang Maha Pencipta mencintaiku, menunjukkan betapa indah cinta itu sehingga aku segera mengukur kecintaaNnya, tak terukur. Membuatku tahu betapa besar kecintaanNya untukku, begitu besar hingga aku tak sanggup membayangkannya.

Seiring subuh, bersama hatiku yang rapuh, aku coba melukis sketsa fajar pagi yang ku ingin, menyibak kabut yang menyemati kalbu, mengais mimpiku hari ini.

Ravenska, namanya memang asing bagi telinga pribumi-ku, saat pertama kali mendengar waktu itu. Citra bidadarinya menahanku, pertama aku jumpa dengannya, segala yang aku inginkan untuk ada pada seorang keksih, telah lengkap terpenuhi padanya. Aku memang masih muda, saat itu aku belum genap dewasa namun aku sudah cukup mengeti untuk memahami bahwa terkadang ada satu jenis perasaan yang tak mungkin bisa disangkal.

Tak juga baru, semua berawal dari ketidaksengajaan mata lalu tanpa sadar hatiku berdebar kencang, ingin mati saja rasanya saat itu.

Hatinya adalah bukti keagungan Sang Maha Pencipta

No comments: