other poets

cari puisi mu

Google
 

22 Feb 2008

CHAPTER 6

Vi

Semuanya berawal dari sini, menata kembali haru mengganti tirai – tirai kusam wajahku, tidak nampak lagi bagiku gumpalan kekesalan dan merah pitamku, sesaat dirinya mempesonaku, aku rindu.

Untuk segala nilai yang dia tampakkan, aku beri penghargaan yang terdalam dengan seluruh pernyataan dia terindah seperti nafas dunia yang tak tampak di kasat mata.

Kali ini, aku tak mau ragu lagi walau waktu selalu sedikit merayu,

“ tinggalkan keseharaianmu, aku menyertaimu dengan hal baru.”, tetapi kupikir semua itu hanya sayu.

Kulihat lagi mataya menatap sungkan di pinggiran sudut kayu, dia membuang muka atau malu, memang aku tidak pantas aginya, aku peras dunia untuk diriku tetapi dia basahi kering duniaku dahulu.

“untuk namamu aku memohon, miliki aku apa adanya, meski aku pahit, aku akan selalu berusaha manis untukmu.”

Semuanya tak terbayang, tak terayang untukku, semuanya. Aku mengharap anugerah bahwa segala perasaan yang aku puji terhadapnya adalah benar selalu, suatu hari aku tunjukkan nilai dirinya bagi hidupku, begitu berarti.

Meski malam telah larut aku ingin tetap memandanginya dari bayanganku sediri, tidak ku tahu meski sedih sendiri, menunggu dan menanti, mengharap dirinya berada di sini.

No comments: