other poets

cari puisi mu

Google
 

22 Feb 2008

CHAPTER 5

V

Ternyata langit selalu kelabu membawa ungu hanya dari kata – kata kaku. Aku tidak tahu mengapa awan selalu saling beradu agar halilintar menyatu dan air berpadu dalam rintik hujan yang merdu.

Walaupun jauh nafasku dengannya, berbatas bilangan yang tak berbilang, berujung hentakan hati yang gelisah, meminta dunia menampik kehidupan.

Aku atau dia yang kasar, melantunkan klausa dengan nada – nada besar, sumbang terdengar dan tak enak dikenang.

Aku tahu rasanya dicintai orang yang tak ku cintai, aku tahu bagaimana rasanya membagi hati dengan pengingkaran, menjauhi mimpi meratapi ambisi yang kian tak terkendali.

Tatapan orang – orang curiga lebih buruk daripada hardikan penguasa, penipu selalu meminta tanpa ingin berusaha, esok aku akan coba jujur mengatakan cinta yang untukku selalu berarti nestapa.

“ bagaimana hatimu bila yang kau harapkan mengecewakan ?”

Aku tidak tahu selain sesak dan kesal, aku mau marah dan menghantam apa yang menghadang.

Hari ini saat aku berkata, “sebentar, aku kecewa !”.

Jika cahaya bisa menyalakan mimpi makhluk yang terlelao, pasti dunia sudah terang dengan manusia – manusia penuh tawa.

Tetapi selalu semuanya terpendar menjadi beba, bubar, buyar, hambar menjadi semua tanda tanya, tak pasti.

No comments: