other poets

cari puisi mu

Google
 

22 Feb 2008

CHAPTER 3

III

Semuanya berawal dari sini, aku selalu jalani lagi hari – hari melanjutkan keinginan, mewujudkan mimpi yang sempat tertunda, aku mulai hari ini mewarnai pikiran dengan hitam, warna yang aku suka dan juga berarti aku bingung harus memulai dari mana.

Sebentar aku terdiam memikirkan bagaimana nanti, apa yang harus aku jalani, bayangan sang rembulan hadir dan mulai mempengaruhi saraf bahagiaku, tak apa, aku hanya sedikit tempat untukku, tetapi aku malu, aku seorang laki – laki dan aku lebih daripada dia.

Tiba – tiba saja dia dihadapanku berjalan beriring, tetapi sekali lagi aku segan menatap atau menyapa,

Aku mendahuluinya, ia menatapku sejenak, namun sebentar aku seudah berada di depannya, aku tak tahu lagi, kurasa ia hanya menunduk, ternyata aku gagal menyentuh hatinya.

Terkadang aku berpikir untuk menjadi anak sombong, introvert dihadapannya, biar dia melihatku dan berpikir tentangku kemudian aku bisa menaruh sedikit pengharapan di celah tanda tanyanya.

Dahulu seorang pernah berkata agar aku tidak menunda – nunda waktu melakukan pekerjaan, itu juga yang sering aku laksanakan, tetapi sekarang, sejak aku lihat tatapan matanya dihadapanku dan senyum indahnya yang malu – malu, aku tersipu, aku heran mengapa ingatanku selalu pada rembulanku. Untuk hatiku aku akan memenuhi diriku seagai ciptaan yang diiringi kausalitas cinta. Biar aku hidup dalam lamunanku untuk saat ini, biar puas segala rasa, hingga sampai waktuku untuk sadar, aku juga puas menangisi apa yang aku dapatkan.

No comments: